We Are Still Here (2015)

0 Comments

we-are-still-here.jpg
zvbzx21.png
Released
Country USA
Language
English
Genre
Director
Ted Geoghegan
Writers
Ted Geoghegan, Richard Griffin (based on a concept by)
Starcast Barbara Crampton, Andrew Sensenig, Lisa Marie | See full cast and crew »
Rating imdb_icon.gif 5.9/10

Ratings: 5.9/10 from 1,546 users   Metascore: 65/100
Reviews: 25 user | 48 critic | 7 from Metacritic.com

Review:

“We Are Still Here” berada di satu atap dengan “The House of the Devil” miliknya Ti West dan “It Follows”, horor rilisan baru dengan presentasi old-school ala film-film horor tahun 70-an dan 80-an. Sebuah homage yang tak saja memperlihatkan bahwa Ted Geoghegan cinta dengan horor bernuansa jadul, tapi juga cara untuk menghormati Lucio Fulci, sang Godfather of Gore yang katanya menginspirasinya.

“We Are Still Here” bukanlah horor mahal, tapi Ted tahu bagaimana memaksimalkan resource-nya yang terbatas tersebut, untuk membuat film horor ini jadi kelihatan tidak murahan. Lagipula, mahal atau tidak mahal, bujet besar atau ala-kadarnya, pada akhirnya yang terpenting adalah cara film untuk menakuti penontonnya, apakah mampu memanfaatkan sumber daya dan materi yang ada untuk menghasilkan rasa takut. “We Are Still Here” adalah film horor kecil tapi istimewa, tidak saja ditata rapih dari segi produksi, tapi juga sanggup menghadirkan momen-momen menyeramkan yang sebenarnya. Horor paket combo, dimana kita dapat film yang seram dan gory berdarah-darah

Cerita di “We Are Still Here” akan terdengar begitu familiar, dimulai dengan satu kejadian tragis yang memaksa pasangan suami istri, Paul (Andrew Sensenig) dan Anne (Barbara Crampton) harus pindah rumah untuk melupakan kematian anak mereka. Memilih tinggal di rumah baru yang letaknya cukup terpencil, sepi jauh dari kota, awalnya seperti sebuah keputusan yang benar untuk Anne yang butuh tempat yang tenang untuk mengatasi kesedihannya. Sayangnya, kedamaian Paul dan Anne tiba-tiba terusik oleh “penghuni” lama yang ternyata masih mendiami rumah yang punya sejarah mengerikan tersebut.

Walau alurnya terasa bergerak lamban, “We Are Still Here” bisa dikatakan film horor yang tidak mau lama-lama menyembunyikan kejutannya. Setelah dirasa cukup untuk memperkenalkan kita dengan Paul dan Anne, Ted langsung bergegas mengajak kita untuk turun tangga ke basement, agar kita bisa berkenalan dengan para penghuni yang lebih dahulu tinggal di rumah tersebut. Ted juga buru-buru memberitahu kita catatan kelam yang pernah terjadi dengan rumah tersebut di masa lalu.

Memang cukup heran melihat film ini yang terlalu cepat membongkar banyak hal, apalagi dengan keputusan Ted untuk memberikan penampakan di menit-menit awal. Untungnya “We Are Still Here” melakukan itu bukannya tanpa alasan, karena Ted sudah punya rencana lain untuk film horornya. Sebuah rencana yang menjadikan “We Are Still Here” tak saja kelihatan seperti layaknya film bertemakan rumah hantu, tapi juga nantinya jungkir balik berubah jadi film home invasion yang gila-gilaan.

Penampakan yang terkesan tergesa-gesa tersebut setidaknya dibarengi dengan usaha Ted untuk membangun atmosfir cekam yang layak. Jadi film ini sudah melakukannya dengan benar, termasuk terlebih dahulu mengajak kita untuk ketakutan ada di rumah yang ditinggali oleh Paul dan Anne, khususnya ruangan bawah tanah.

“We Are Still Here” tak sekedar cerdik dalam menakut-nakuti, film ini pun lihai dalam meracik plotnya yang berpondasi pada sebuah cerita horor yang sederhana. Di paruh akhir adalah waktunya untuk bersenang-senang, setelah kita diajak ikutan stress bareng Paul dan Anne di paruh sebelumnya. Ted Geoghegan seperti orang yang kesurupan dan lepas kendali, merubah warna film dari yang serba gelap dan kelam jadi lebih cerah dan serba merah. Tak disangka “We Are Still Here” tiba-tiba berubah dari film rumah hantu mendadak jadi film home-invasion berdarah-darah.
Sumber
wearestillhere.jpg

we-are-still-here7.jpg


filename-2.jpg




You may also like

No comments: